top of page
No tags yet.

SEARCH BY TAGS: 

RECENT POSTS: 

FOLLOW ME:

  • Facebook Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • Instagram Clean Grey

Mitos Tentang Introvert


Tulisan ini adalah terjemahan bebas saya dari artikel asli di blog Owl City, tepatnya di:

http://owlcityblog.com/2011/06/27/10-myths-about-introverts/


Aku baru-baru ini tak sengaja menemukan sebuah blog yang ditulis oleh Carl King tentang fenomena yang dikenal sebagai manusia introvert dan blog itu membunyikan sebuah akord mayor di diriku.

Aku cukup beruntung untuk menemukan sebuah buku berjudul The Introvert Advantage (How To Thrive in an Extrovert World), oleh Marti Laney, Psy.D.


Satu bagian dari buku Laney memetakan otak manusia dan menjelaskan bagaimana neuro-transmitter mengikuti jalan dominan yang berbeda dalam sistem saraf orang introvert dan ekstrovert. Jika ilmu di balik buku ini benar, ternyata introvert adalah orang yang terlalu sensitif terhadap Dopamine, sehingga terlalu banyak rangsangan eksternal melelahkan mereka. Sebaliknya, ekstrovert seolah selalu kekurangan Dopamine, dan mereka membutuhkan Adrenalin agar otak mereka menciptakan Dopamine. Ekstrovert juga memiliki jalur yang lebih pendek dan aliran darah yang lebih sedikit ke otak. Pesan-pesan dari sistem saraf seorang ekstrovert sebagian besar memotong area Broca pada lobus frontal, tempat dimana sebagian besar kontemplasi terjadi.


Sayangnya, menurut buku itu, jumlah orang yang introvert hanya sekitar 25% dari total manusia. Bahkan jumlah orang yang introvert ekstrem sepertiku lebih sedikit lagi. Hal ini menyebabkan banyak kesalahpahaman, karena masyarakat tidak memiliki pengalaman yang cukup dengan orang-orang sepertiku. (Aku senang bisa mengatakan ini.)

Jadi berikut ini adalah beberapa kesalahpahaman umum tentang orang introvert (Aku menyusun sendiri daftar ini, beberapa diantaranya adalah hal yang benar-benar kupercayai):


Mitos # 1 – introvert tidak suka bicara.

Ini tidak benar. Introvert hanyalah tidak berbicara kecuali mereka memang memiliki sesuatu untuk dikatakan. Mereka membenci basa-basi. Tapi, jika seorang introvert sedang berbicara tentang sesuatu yang mereka minati, mereka tidak akan berhenti bicara sampai berhari-hari.


Mitos # 2 – introvert pemalu.

Rasa malu tidak ada hubungannya dengan menjadi seorang Introvert. Introvert bukan berarti takut orang. Apa yang mereka butuhkan adalah sebuah alasan untuk berinteraksi. Mereka tidak berinteraksi demi interaksi sosial. Jika Anda ingin berbicara dengan Introvert, berbicara saja. Tidak perlu mengkhawatirkan kesopnan.


Mitos # 3 – introvert kasar.

Introvert sering tidak melihat alasan perlunya untuk berbasa-basi sosial. Mereka ingin semua orang menjadi riil dan jujur. Sayangnya, hal ini tidak diterima di kebanyakan situasi, sehingga introvert merasakan banyak tekanan untuk menyesuaikan diri, dan bagi mereka ini melelahkan.


Mitos # 4 – introvert tidak menyukai orang.

Sebaliknya, introvert sangat menghargai sedikit teman yang mereka miliki. Mereka bisa menghitung teman-teman dekat mereka dengan satu tangan. Jika Anda cukup beruntung untuk dianggap teman oleh seorang introvert, Anda mungkin telah memiliki sekutu setia seumur hidup. Sekali Anda telah mendapatkan rasa hormat mereka, keberadaan Anda sangat diterima.


Mitos # 5 – introvert tidak suka pergi ke tempat umum.

Omong kosong. Introvert hanya tidak ingin pergi keluar di depan umum UNTUK WAKTU YANG LAMA. Mereka juga ingin menghindari komplikasi yang terlibat dalam kegiatan publik. Mereka mengambil data dan situasi dengan sangat cepat, dan sebagai hasilnya, mereka tidak perlu berada di sana untuk waktu yang lama untuk mehamami kegiatan publik yang tengah berlangsung. Lalu mereka siap untuk pulang, mengisi ulang energi, dan memproses semua pengalamannya tadi. Faktanya, isi ulang energi adalah mutlak penting untuk introvert.


Mitos # 6 – introvert selalu ingin sendirian.

Introvert sangat nyaman dengan pikiran mereka sendiri. Mereka banyak berpikir. Mereka melamun. Mereka senang memiliki masalah untuk dikerjakan dan teka-teki untuk dipecahkan. Tapi mereka juga bisa merasa luar biasa kesepian jika mereka tidak memiliki siapapun untuk berbagi pencapaian mereka. Mereka menginginkan hubungan yang otentik dan tulus dengan SATU ORANG pada satu waktu.


Mitos # 7 – introvert aneh.

Introvert sering individualis. Mereka tidak mengikuti orang banyak. Mereka akan lebih suka dihargai karena cara-cara unik hidup mereka. Mereka berpikir berdasarkan standar diri mereka sendiri dan karena itu, mereka sering menantang kebiasaan. Mereka tidak membuat keputusan berdasarkan pada apa yang sedang populer atau trendi.


Mitos # 8 – introvert culun terasing.

Introvert adalah orang-orang yang lebih sering melihat ke dalam, memberi perhatian lebih pada pikiran dan emosinya. Ini bukan berarti bahwa mereka tidak mampu memberi perhatian pada apa yang terjadi di sekitar mereka, hanya saja dunia batin mereka terasa jauh lebih merangsang dan bermanfaat bagi mereka.


Mitos # 9 – introvert tidak tahu bagaimana bersantai dan bersenang-senang.

Introvert biasanya merasa rileks di rumah atau di alam, bukan di tempat umum yang penuh kesibukan. Introvert bukan pencari sensasi dan pecandu adrenalin. Jika ada terlalu banyak pembicaraan dan kebisingan terjadi, mereka melemah. Otak mereka terlalu sensitif terhadap neurotransmitter yang disebut Dopamine. Introvert dan ekstrovert memiliki perbedaan jalur syaraf yang dominan. Cari saja sendiri tentang perbedaan jalur syaraf ini.


Mitos # 10 – introvert bisa memperbaiki diri dan menjadi ekstrovert.

Sebuah dunia tanpa introvert akan menjadi dunia dengan sedikit ilmuwan, musisi, seniman, penyair, pembuat film, dokter, matematikawan, penulis, dan filsuf. Meski demikian, masih ada banyak teknik yang dapat dipelajari orang ekstrovert untuk berinteraksi dengan introvert. (Ya, aku sengaja membalik posisi introvert dan extrovert untuk menunjukkan kepada Anda betapa biasnya masyarakat kita.) Introvert tidak bisa “memperbaiki diri” dan pantas dihormati untuk temperamen alami mereka dan juga kontribusinya bagi umat manusia. Bahkan, satu penelitian (Silverman, 1986) menunjukkan bahwa peningkatan persentase introvert di antara manusia berbanding lurus dengan IQ (rata-rata manusia).


Penyangkalan seorang introvert atas diri mereka sendiri dalam rangka untuk bergaul di dunia yang didominasi extrovert dapat menjadi sangat destruktif. Seperti minoritas lainnya, introvert dapat berakhir membenci diri mereka sendiri dan orang lain karena perbedaan mereka dengan kaum mayoritas. Jika Anda pikir Anda adalah seorang Introvert, aku sarankan Anda meneliti topik ini dan mencari introvert lainnya untuk membandingkan catatan. Beban tidak sepenuhnya berada pada kita para introvert untuk mencoba dan menjadi “normal”. Ekstrovert pun harus mengakui dan menghormati kita, dan kita pun perlu menghargai diri kita sendiri.

 

bottom of page